Monday 22 February 2016

KADER JUMANTIK DI TIAP RUMAH SOLUSI MENGHADAPI VEKTOR DBD

 Seiring dengan meningkatnya intensitas hujan terutama pada bulan yang berakhiran "ber" ini meyebabkan efek lain. Dimana-mana terjadi peningkatan kasus penyakit menular, yang seolah-olah sudah melekat dengan musim hujan yaitu terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini menjadi isu nasional yang membuat sibuk seluruh instansi yang berkaitan dengan kesehatan mulai dari rumah sakit, dinas kesehatan dan puskesmas.

Sebenarnya kasus tidak ada salahnya dengan peningkatan intensitas hujan, karena tersebut adalah faktor alamiah. Tapi yang mejadi masalah adalah karena selama ini masyarakat kurang waspada terhadap tempat-tempat yang memungkinkan dijadikan tempat bertelur nyamuk aedes. Nyamuk ini menjadi tersangka utama vektor DBD, yang menyebabkan kita semua menjadi pusing dan bahkan memakan korban nyawa.

Masalah peningkatan kasus DBD perlu digaris-bawahi tidak akan selesai kalau masyarakat tidak dilibatkan secara aktif. Walaupun berapa besar biaya dan tenaga yang siap dikeluarkan untuk menangani kasus ini, namun tiap tahun kejadian tetap berulang. Ada suatu program di dinkes khususnya subdin P2MPL yaitu mencetak kader aktif yang dengan sukarela membantu tenaga kesehatan untuk melaksanakan pengawasan terhadap jentik dan tempat bertelurnya yaitu Kader Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK).

Program ini perlu disokong oleh berbagai pihak terutama oleh para stakeholders yang memiliki daya untuk menghimpun massa dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang banyak terdapat lokasi tempat bertelurnya nyamuk aedes. Fogging kalau bisa tidak perlu dilakukan lagi, alasannya kalau kita sudah tidak memberikan tempat bagi nyamuk aedes dengan sendirinya populasi mereka akan berkurang.

 Mengingat banyak efek negatif dari fogging jika terlalu sering bisa menyebabkan penumpukan zat kimia dimana-mana serta  efek lainnya seperti meningkatnya resistensi nyamuk terhadap racun yang disemprotkan. Kalau sudah begitu nyamuk tersebut tidak akan mati jika disemprot racun, sehingga perlu penggantian racun yang lebih kuat lagi. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan ini merupakan suatu hal yang kurang bijak.

Kader JUMANTIK yang dilatih mungkin akan memberikan efek yang berarti terhadap usaha untuk menurunkan kasus DBD di masyarakat. Mulai dari rumah sendiri setiap ibu rumah tangga adalah kader jumantik yang akan memantau ada tidaknya jentik di bak mandi, sekitar rumah. tugas jumantik adalah melaporkan kepada si Bapak untuk melakukan pengurasan bak, membersihkan wadah yang mungkin bisa menampung air hujan.

Di sekolah tiap murid/siswa maupun guru adalah juga kader JUMANTIK  yang tugasnya memberikatahukan dan memperingatkan penjaga sekolah yang juga petugas kebersihan di sekolah untuk membersihkan bak umum dsb. Di mesijd pengurus mesjid dan ustad adalah kader jumantik yang akan mengingatkan gharim mesjid untuk membersihkan tempat berwudu, memantau ada tidak jentiknya. Di kantor pimpinan dan karyawan juga adalah jumantik yang bisa menyampaikan kepada tenaga kebersihan. Di Pasar pedagang adalah jumantik yang tugasnya melaporkan kepada pengelola pasar dan terminal ketika ditemuinya banyak jentik.

Petugas kesehatan tugasnya memberikan sosialisasi tempat bersarangnya nyamuk, memberikan cara untuk melindung dari nyamuk, pemberian bubuk Abate atau juga mengingatkan masyarakat untuk memelihara ikan kecil pemakan jentik. Kalau semua sudah aktif menjadi jumantik, bukan tidak mungkin kasus DBD bisa kita hindari terutama pada musim hujan. Memang hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ini harus semua kita lakukan dengan penuh komitmen yang tinggi.

No comments:

Post a Comment