Wednesday 14 January 2015

MASKER KABUT ASAP


Sudah menjadi langganan tiap tahunnya akan terjadi kabut asap yang ditimbulkan oleh pengaruh alamiah  maupun oleh oknum yang sengaja membuka lahan baru dengan cara membakar. Penduduk yang berdomisili di wilayah sumatera dan kalimantan selalu menjadi korban dari aktifitas mereka, bahkan asapnya juga sampai ke negeri tetangga (malaysia dan singapura).

Sebagai tindakan pencegahan efek negatif dari kabut asap, mulai dari dinas kesehatan sampai LSM melakukan pembagian masker kepada masyarakat. Secara psikologis masyarakat merasa sudah aman dari bahaya kabut asap. Aktifitas diluar rumah, baik itu kekantor dan sekolah tetap dilaksanakan. Ada juga beberapa pemerintah daerah enggan meliburkan pegawainya.

Yang menjadi pertanyaan apakah masker yang dibagikan atau yang dibeli sendiri oleh masyarakat sudah efektif menghambat efek samping yang dihasilkan oleh kebakaran hutan. hasil dari pembakaran hutan dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa partikel dan gas.

Menurut dr.Agus Setiawan, spesialis paru, masker hanya bisa menghambat berupa partikel, sedangkan gas hasil pembakaran (CO, CO2) tidak bisa. Adapun masker yang bisa digunakan hanya yang berlabel N95. N95 menunjukkan kemampuan dari masker menyaring partikel. untuk partikel dibawah 10 mikron juga tidak bisa disaring (Kompas.Com).

Ketersediaan masker tersebut di pasaran mungkin sangat sulit ditemui masyarakat, tetapi tidak perlu panik berikut tips jika anda tidak menemukan masker yang sesuai, untuk menghindari efek negatif dari kabut asap :
  • lapisi masker tersebut dengan tissue atau juga dengan sapu tangan yang sudah dibasahi (lembab). ini dilakukan jika anda terpaksa harus beraktifitas diluar rumah
  • kurangi aktifitas diluar rumah karena asap/gas tersebut tidak bisa disaring oleh masker
  • untuk Pemda jangan ragu lagi untuk mengambil tindakan meliburkan pegawainya, mengingat dampak yang besar terhadap kesehatan pegawainya.

No comments:

Post a Comment