LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
PELATIHAN ORIENTASI KLINIK SANITASI
Bagi petugas kesehatan linkungan
Kabupaten/kota se Sumbar
BAB I
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
A.
Geografi
Wilayah kerja
Puskesmas Padang Pasir adalah Kecamatan Padang Barat yang terletak di pusat
kota Padang dengan luas wilayah 7 km2. Dari 10 kelurahan yang ada di wilayah
Kecamatan Padang barat 5 kelurahan diantaranya terletak di pinggir pantai.
Batas wilayah Kecamatan Padang Barat adalah
sebagai berikut :
· Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Padang Utara
· Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Padang Selatan
· Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Padang Timur
· Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia
B.
Demografi
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Padang Barat Tahun 2014
No
|
Kelurahan
|
Jumlah*
|
Jumlah KK
|
Jumlah KK Miskin
|
1
|
Flamboyan
|
4560
|
1.427
|
130
|
2
|
Rimbo Kaluang
|
3935
|
1.025
|
224
|
3
|
Ujung Gurun
|
4608
|
1.360
|
222
|
4
|
Padang
Pasir
|
4655
|
1.717
|
240
|
5
|
Kampung Jao
|
4396
|
1.668
|
138
|
6
|
Purus
|
6745
|
1.649
|
645
|
7
|
Olo
|
5270
|
1.612
|
436
|
8
|
Belakang Tangsi
|
2920
|
1.060
|
119
|
9
|
Kampung Pondok
|
3922
|
1.430
|
95
|
10
|
Berok Nipah
|
4633
|
1.423
|
428
|
|
Jumlah
|
45644
|
14.371
|
2.677
|
*Sumber : BPS Kota Padang
Tabel 2. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Padang
Barat Tahun 2014
No
|
Kelurahan
|
RT
|
RW
|
1
|
Flamboyan
|
19
|
4
|
2
|
Rimbo Kaluang
|
14
|
4
|
3
|
Ujung Gurun
|
28
|
7
|
4
|
Padang
Pasir
|
22
|
6
|
5
|
Kampung Jao
|
21
|
8
|
6
|
Purus
|
27
|
7
|
7
|
Olo
|
18
|
4
|
8
|
Belakang Tangsi
|
17
|
6
|
9
|
Kampung Pondok
|
34
|
11
|
10
|
Berok Nipah
|
24
|
8
|
|
Jumlah
|
224
|
63
|
C.
10 Penyakit Terbanyak
D.
SUMBER DAYA
NO.
|
JENIS TENAGA
|
JUMLAH
|
PNS
|
NON PNS
|
PTT
|
NPD/Volunteer
|
1
|
Kepala Puskesmas
|
1
|
-
|
-
|
2
|
Dokter Umum
|
2
|
-
|
-
|
3
|
Dokter Gigi
|
6
|
-
|
-
|
4
|
Sanitarian
|
2
|
-
|
-
|
5
|
Pelaksana Gizi
|
2
|
-
|
-
|
6
|
Perawat
|
11
|
-
|
8
|
7
|
Perawat Gigi
|
2
|
-
|
-
|
8
|
Bidan
|
13
|
6
|
1
|
9
|
Apoteker
|
1
|
-
|
-
|
10
|
Asisten Apoteker/D3 Farmasi
|
6
|
-
|
-
|
11
|
Analis Laboran
|
3
|
-
|
-
|
12
|
Tata usaha
|
1
|
-
|
-
|
13
|
Petugas loket dan Medical Record
|
2
|
-
|
-
|
14
|
Fisioterapis
|
0
|
-
|
1
|
15
|
Sopir
|
1
|
-
|
-
|
16
|
Umum Lainnya
|
3
|
-
|
2
|
|
J U M L A H :
|
56
|
6
|
12
|
BAB II
HASIL
A.
WAKTU DAN PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGNA DI
PUSKESMAS PADANG
PASIR
- HARI/TANGGAL
: KAMIS/ 12 JUNI 2014
- JAM : 08.00 S/D
11.30 WIB
- TEMPAT :
o Dalam
Gedung : Puskesmas Padang Pasir
o
Luar
Gedung : Purus V Kelurahan Purus
B.
PROSES PELAKSANAAN
C.
HASIL KEGIATAN
1. Kegiatan
Dalam Gedung
Jumlah kunjungan sampai pengamatan selesai
99 orang
Tersangka pasien yang mengidap penyakit yang berbasis linkungan 5
orang ( 5,05 % )
Pasien yang mempunyai penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Padang
Pasir berjumlah 13 orang, yang dirujuk ke Klinik Sanitasi sebanyak 5 orang dengan rincian :
-
ISPA : 3 orang
-
Gatal-gatal : 1 orang
-
Kecacingan : 1 orang
-
Tersangka TBC : 0 orang
2. Kegiatan
Luar Gedung
Kunjungan
pasien Klinik sanitasi dilakukan menggunakan IS ( Inspeksi Sanitasi ) antara
lain : formulir Rumah sehat, sarana air
bersih , kartu Rumah.
Selain
rumah pasien TB paru yang diinspeksi, dilakukan juga penyelidikan epidemiologi
sebanyak 20 rumah dilingkungan sekitar
rumah pasien tersebut. Dengan rincian :
NO
|
NAMA KK/ANGGOTA KELUARGA
|
STATUS RUMAH
|
1
|
Irwan alex
|
MS
|
2
|
Irsan Dilimonte
|
MS
|
3
|
Etmonetis
|
MS
|
4
|
Ar
|
MS
|
5
|
Naziva
|
MS
|
6
|
afendi
|
MS
|
7
|
Sumardi
|
MS
|
8
|
Anto
|
MS
|
9
|
Ervi
|
TMS
|
10
|
Beni
|
TMS
|
11
|
Fanrozi
|
TMS
|
12
|
Maidarnis
|
TMS
|
13
|
Sudirman
|
TMS
|
14
|
Ferizal
|
TMS
|
15
|
Lazuardi
|
TMS
|
16
|
Yanuar
|
TMS
|
17
|
Murtias
|
TMS
|
18
|
Azi
|
TMS
|
19
|
Juli
|
TMS
|
20
|
Dazi
|
TMS
|
A. Komponen
Rumah
1. Ventilasi
: dari 12 rumah yang TMS, 11 rumah dengan kriteria mempunyai ventilasi permanen
< 10 % dari luas lantai. 1 rumah tidak mempunyai ventilasi sama sekali
2. Lubang
Asap dapur: dari 11 rumah yang TMS , 7 rumah tidak mempunyai lubang asap dapur
dan 4 rumah mempunyai ventilasi permanen < 10 % dari luas lantai
3.
Pencahayaan : dari 8 rumah yang TMS, 3 rumah
tidak terang dan tidak dapat dipergunakan untuk membaca. 5 rumah kurang terang sehingga kurang jelas untuk
membaca dengan normal.
4.
Langit-langit
: dari 5 rumah 1 rumah tidak mempunyai langit-langit. 4 rumah mempunyai
langit-langit tetapi kotor.
5.
Jendela
kamar tidur : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
6.
Jendela
ruang keluarga : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
7. Dinding
: 4 rumah semi permanen.an
B. Sarana
sanitasi
1. SPAL
: 11 rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka
tetapi air limbahnya tidak lancar
C. Perilaku
Penghuni
1. Membuka
jendela kamar tidur : dari 9 rumah yang diperiksa,1 rumah tidak pernah dibuka
jendelanya, dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
2. Membuka
Jendela ruang keluarga : dari 9 rumah yang diperiksa, 1 rumah tidak pernah
dibuka jendelanya, dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. KEGIATAN
DALAM GEDUNG
Hasil kegiatan praktek
lapangan, kegiatan klinik sanitasi sudah teritegrasi dengan lintas program di
lingkungan puskesmas Padang Pasir. Didapatakan hasil 5,05% pasien yang berbasis
linkungan, hal ini dipengaruhi tingkat pendidikan, social ekonomi, dan lintas
program yang belum terorganisir dengan baik.
pengamatan kami yang
tersangka TBC tidak di temukan, maka dari itu hasil ini menggambarkan penurunan
prevalensi TBC. Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh
penghargaan dengan pertimbangan, yaitu: 1) Kemajuan upaya pengendalian
Tuberkulosis yang terjadi di Indonesia dianggap sebagai pelopor dalam penerapan
strategi dan pendekatan yang inovatif di bidang pencegahan, diagnosis maupun
pengobatan Tuberkulosis; 2) Indonesia termasuk negara pertama yang mengadopsi
introduksi Rapid Diagnostic Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin
(MTB/RIF), yaitu suatu alat yang bisa mendeteksi kuman Tuberkulosis dan
resistensinya terhadap Rifampisin; 3) Implementasi Public Private Mix (PPM)
yang komprehensif untuk meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4) Komitmen
Pemerintah yang kuat untuk tetap menjaga keberhasilan pencapaian pengendalian Tuberkulosis
dituangkan dalam rencana pembiayaan yang berkelanjutan Menanggapi hal tersebut.
Pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan sikap beragam seperti kurang terbuka dalam memberikan
keterangan,tidak sabar atau terburu- buru dalam menjalani konseling.
2. KEGIATAN
LUAR GEDUNG
Dari
Kegiatan PE ditemukan beberapa factor resiko yang bisa mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat khususnya penyakit berbasis lingkungan. Faktor resiko yang ditemukan adalah sebagai
berikut ;
A. Komponen
Rumah
·
Ventilasi
·
Lubang
Asap dapur
·
Pencahayaan
·
Langit-langit
·
Jendela
kamar tidur.
·
Jendela
ruang keluarga
·
Dinding
B. Sarana
sanitasi
SPAL : rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang
terbuka tetapi air limbahnya tidak lancar
C. Perilaku
Penghuni
·
Membuka jendela kamar tidur
·
Membuka Jendela ruang keluarga
Hasil pengamatan kami sebagian besar belum
sesuai dengan standar kesehatan, ini akan menimbulkan bebagai dampak terhadap
kesehatan pendudk sekitar, terutama terhadap penyakit yang berbasis linkungan. Faktor yang mempengaruhi adalah tingkat
pendidikan, social ekonomi dan lintas program yang belum berjalan optimal. Menurut
Notoadmojo, 2007 derajat keshatan dipengaruhi empat faktor: lingkungan komtribusinya
45% , perilaku 30%, pelayanan 20% dan genetik 5%
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
KESIMPULAN
Hasil pengamatan
dalam gedung di Puskesmas Padang Pasir ditemukan penyakit yang berbasis
linkungan, dan ditatalaksana sesuai dengan protap, kemudian dilakukan konseling di klinik sanitasi dengan
memberikan penyuluhan dengan media
tentang penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
Hasil pengamatan luar gedung ditemukan sebagian besar rumah tidak memenuhi
standar kesehatan, baik aspek fisik,sarana sanitasi dan perilaku
penghuni.Halini disebakan tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan lintas program
yang belum optimal
2. SARAN
Penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan terutama masalah yang menimpa sekelompok keluarga
atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh
masyarakat dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan lintas sektor
terkait. Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya
memerlukan pembiayaan yang cukup besar maka penyelesaiannya dianjurkan untuk
mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan tingkat desa,
tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten/kota . Petugas sanitasi juga dapat
membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan tersebut kepada
sektor terkait
Keberhasilan
klinik sanitasi di lapangan Sangat tergantung pada kemauan, pengetahuan dan
keterampilan petugas klinik sanitasi dalam menggali, merumuskan dan memberikan
saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan perilaku secara cepat, tepat dan
akurat. Selain itu dukungan kepala Puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas
sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan klinik sanitasi. Untuk itu
dalam pelaksanaan klinik sanitasi harus dilakukan secara terintegrasi dan
didukung pengetahuan dan keterampilan di bidang lainnya seperti teknik
komunikasi, konseling dan lain-lain
Masalah penyakit
lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease
(NEID) dan Re Emerging Infectious Disease (REID) merupakan ancaman kesehatan
masyarakat yang harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB), menyebar dalam tempo singkat dan menimbulkan dampak luar biasa terhadap
kehidupan masyarakat serta merupakan salah satu ancaman serius di masa
mendatang.Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas program maupun
lintas negara dalam manajemen penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif lembaga
pendidikan kesehatan
BAB V
PEMBELAJARAN
YANG DIPEROLEH
PENGAMAT :
·
Aplikasi
ilmu yang di dapat selama pelatihan lebih bermanfaat karena dilakukan setelah
proses pembelajaran
·
Membuat
manajemen terorganisir dalam pengelolaan penyakit berbasis lingkungan
INSTANSI :
·
Aplikasi
ilmu terapan baik dalam lingkungan Dinas kesehatan, puskesmas dan lintas sektor
·
Membuat
manajemen program klinik sanitasi di puskesmas,
Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh penghargaan dengan
pertimbangan, yaitu: 1) Kemajuan upaya pengendalian Tuberkulosis yang terjadi
di Indonesia dianggap sebagai pelopor dalam penerapan strategi dan pendekatan
yang inovatif di bidang pencegahan, diagnosis maupun pengobatan Tuberkulosis;
2) Indonesia termasuk negara pertama yang mengadopsi introduksi Rapid
Diagnostic Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin (MTB/RIF), yaitu suatu
alat yang bisa mendeteksi kuman Tuberkulosis dan resistensinya terhadap
Rifampisin; 3) Implementasi Public Private Mix (PPM) yang komprehensif untuk
meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4) Komitmen Pemerintah yang kuat untuk tetap
menjaga keberhasilan pencapaian pengendalian Tuberkulosis dituangkan dalam
rencana pembiayaan yang berkelanjutan Menanggapi hal tersebut, Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes RI, Prof. dr. Tjandra
Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyatakan Indonesia telah
berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens
TB berhasil diturunkan sebesar 45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk (1990)
menjadi 189 per 100.000 penduduk (2010). Prevalensi TB diturunkan sebesar 35%,
yaitu 443 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 289 per 100.000 penduduk (2010). Selanjutnya,
angka kematian diturunkan sebesar 71%, yaitu 92 per 100.000 penduduk (1990)
menjadi 27 per 100.000 penduduk (2010).
Hal ini berarti target MDGs untuk tuberkulosis sudah dapat dicapai di
Indonesia. Ini merupakan
suatu prestasi nasional juga internasional, kata Prof. Tjandra.
BAB VI
KESIMPULAN
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci
keberhasilan
program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan
menerapkan
strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita.
Oleh
karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat
penting agar TB dapat
ditanggulangi dengan baik.
DOTS
mengandung lima komponen, yaitu :
1.
Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
2.
Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik
3.
Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung,
dikenal dengan istilah DOT
(Directly Observed Therapy)
4. Pengadaan OAT secara
berkesinambungan
5. Monitoring serta
pencatatan dan pelaporan yang (baku/standar)
baik
Istilah DOT diartikan
sebagai pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek setiap hari
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawasan
dilakukan oleh :
Penderita
berobat jalan
1.
Langsung di depan dokter
2.
Petugas kesehatan
3.
Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
4.
Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Penderita
dirawat
Selama
perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah
petugas
RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai
dengan
berobat jalan.
Tujuan
:
• Mencapai
angka kesembuhan yang tinggi
• Mencegah putus
berobat
• Mengatasi efek
samping obat
• Mencegah
resistensi
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali
dimulai
harus diingat:
• Tentukan seorang
PMO
Berikan penjelasan kepada penderita bahwa harus ada
seorang
PMO dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk
mendapat penjelasan tentang DOT
• Persyaratan PMO
PMO bersedia dengan sukarela membantu penderita TB sampai
sembuh selama 6 bulan. PMO dapat berasal dari kader
dasawisma,
kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani
penderita
• Tugas PMO
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik, memberikan
pengawasan kepada penderita dalam hal minum obat,
mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak
sesuai
jadwal, memberitahukan / mengantar penderita untuk
kontrol bila
ada efek samping obat, bersedia antar jemput OAT jika
penderita
tidak bisa datang ke RS /poliklinik
• Petugas PPTI atau
Petugas Sosial
Untuk pengaturan/penentuan PMO, dilakukan oleh PKMRS
(Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit), oleh
PERKESMAS (Perawatan Kesehatan Masyarakat) atau PHN
(Public
Health Nurse), paramedis atau petugas sosial
• Petugas
sosial
Ialah
volunteer yang mau dan mampu bekerja sukarela, mau
dilatih
DOT. Penunjukan oleh RS atau dibantu PPTI, jika
mungkin
diberi penghargaan atau uang transport
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting,
penyuluhan
dapat dilakukan secara :
• Peroranga/Individu
Penyuluhan terhadap perorangan (penderita maupun
keluarga)
dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat
mengambil obat
dll
Kelompok
Penyuluhan
kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok
penderita,
kelompok keluarga penderita, masyarakat pengunjung
RS dll
Cara memberikan
penyuluhan
• Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada
• Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui
tingkat
penerimaannya
sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya
• Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal
yang
belum jelas
• Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah
dimengerti, kalau
perlu dengan alat peraga (brosur, leaflet dll)